Sabtu, 21 Oktober 2017

Bukan Berarti Dia 'Bodoh'

                        Bukan Berarti Dia 'Bodoh'



Sering kali orang-orang menganggap bahwa apabila di kelasnya ia memiliki nilai yang rendah, maka orang tersebut 'bodoh'. Pada kenyataannya banyak orang-orang yang sukses saat ini berasal dari orang-orang yang termasuk gagal di sekolahnya.

Ilmuwan terkenal abad 20 yang terkenal dengan teori relativitasnya.

Albert Enstein adalah seorang anak yang terlambat berbicara dan juga mengidap Autisme. Waktu kecil dia juga suka lalai dengan pelajaran. Namun pada umur 76 tahun) adalah seorang ilmuwan fisika teoretis yang dipandang luas sebagai ilmuwan terbesar dalam abad ke-20. Dia mengemukakan teori relativitas dan juga banyak menyumbang bagi pengembangan mekanika kuantum, mekanika statistika, dan kosmologi. Dia dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Fisika pada tahun 1921 untuk penjelasannya tentang efek fotolistrik dan "pengabdiannya bagi Fisika Teoretis".

Setelah teori relativitas umum dirumuskan, Einstein menjadi terkenal ke seluruh dunia, pencapaian yang tidak biasa bagi seorang ilmuwan. Pada masa tuanya, keterkenalannya melampaui ketenaran semua ilmuwan dalam sejarah, dan dalam budaya populer, kata Einstein
 dianggap bersinonim dengan kecerdasan atau bahkan genius. Wajahnya merupakan salah satu yang paling dikenal di seluruh dunia.

Albert Einstein, Tokoh Abad Ini (Person of the Century)
Pada tahun 1999, Einstein dinamakan "Tokoh Abad Ini" oleh majalah Time. Untuk menghargainya, sebuah satuan dalam fotokimia dinamai einstein, sebuah unsur kimia dinamai einsteinium, dan sebuah asteroid dinamai 2001 Einstein.
Kita ambil contoh Albert Enstein seorang
Setiap manusia diciptakan dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Orang yang dianggap 'bodoh' pun pastilah memiliki kelebihannya. Misalnya saja, dia memiliki kecerdasan di balik kebodohannya yang membuat dia sukses di kemudian hari. Menjudge bahwa seseorang 'bodoh' hanya karena sebuah nilai sering terjadi dikalangan para orangtua terhadap anaknya. Hal ini juga pernah saya alami di keluarga.
Bibi dari ibu saya selalu membandingkan anaknya dengan saya lantaran anaknya selalu mendapatkan nilai yang 'buruk' di sekolah. Padahal, kami berbeda jenis kelamin juga berbeda tingkatan pendidikannya. Saat itu dia berada dibawah saya satu tahun.

Ketika pembagian rapor setiap semesternya, bibi saya selalu menjudge bahwa anaknya 'bodoh' hanya karena nilai di sekolah. Ia selalu menyalahkan anaknya yang 'bodoh' karena tidak rajin belajar. Pada kenyataanya, di keluarga sudah tahu bahwa anaknya atau bisa dikatakan sepupu saya itu tidak kuat dalam hal teori. Dia tidak menyukai hal-hal yang berbau teori. Hal yang lebih ia sukai adalah bemain games dan membongkar pasang mesin otomotif. Dari hal ini saja kita bisa tahu bahwa anak itu berbakat dalam hal otomotif. Mengapa bakatnya itu tidak dikembangkan? Mengapa hanya mengacu pada nilai sekolah saja? Sebenarnya, akan lebih baik apabila kita mengasah apa yang kita kuasai dibanding engasah apa yang tidak bisa  kita kuasai. Memang pemikiran untuk mengajari apa yang tidak dikuasai masih melekat di pikiran masyarakat. Mulai dari sekarang seharusnya hal itu kita ubah dengan 'mengembangkan bakat yang dimiliki'.

Saya dan keluarga inti selalu memberikan pemahaman mengenai hal tersebut. Lambat laun, ia mulai menyadari bakat anaknya tersebut. Saat ini ia tidak lagi membandingkan anaknya dengan saya. Sekarang ia membebaskan apa yang ingin dilakukan anaknya. Kini sepupu saya itu tidak melanjutkan ke jenjang perkuliahan dan lebih memilih belajar menguasai ilmu 'perbengkelan'. Ya, saat ini ia masih belajar tentang hal itu diusianya yang masih muda. Keluargapun mendukungnya dan hanya berharap dia bisa mengembangkan bakatnya itu.

Dari contoh kisah yang saya paparkan diatas bisa kita ambil sebagai pelajaran. Masih beruntung anak itu tidak memberontak atas apa yang ibunya lakukan. Banyak diluar sana yang tidak menerima kenyataan bahwa ibunya lebih memilih orang lain dibanding dirinya sehingga akan melakukan hal-hal yang negatif. Jadi marilah memikirkan orang lain di sekitar kita. Apabila ada anak yang seperti ini alangkah baiknya jika kita tidak langsung menjudge dan lebih baik mengajari apa yang tidak dimengertinya (dalam hal pelajaran), dan mengajari apa yang tidak dia bisa (dalam hal praktik).

Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Albert_Einstein 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak dan berbudi bahasa yang baiklah. Mari saling menghargai atar sesama! ^^

[Review Drama Korea] Bagian 1: Nostalgia Zaman Jadoel (Replay 1988)

                                                          Nostalgia Zaman Jadoel (Replay  1988) Ada yang udah pernah nonton drama korea...