Pahlawan dalam Selembar Kertas
Menilik ke
belakang mengenai pengeluaran mata uang RI yang terbaru tahun 2016 yang lalu,
banyak masyarakat yang bertanya-tanya mengenai penggantian mata uang RI. Pertanyaan
yang paling sering bermunculan yakni ‘Kenapa sih harus diganti?’, ‘Kenapa sih
gambarnya juga diganti?’, dan ‘Emang siapa sih gambar orang-orang yang ada di
uang tersebut?’.
Sebenarnya ada
yang unik dari penggantian mata uang saat ini. Pasalnya, mata uang saat ini
setelah mengalami perubahan terdapat wajah-wajah ‘asing’ yang belum banyak
orang mengenalinya. Pernah suatu ketika saya membuka salah satu situs media
sosial dimana ada seseorang mengemukakan pemikirannya yang menurut saya pribadi
tidak pantas untuk dipublikasikan. Ingatlah ‘apa yang kau tulis itu akan
menjadi senjata yang kelak akan membunuhmu’. Di era globalisasi ini, pribahasa ‘mulutmu harimaumu’ sudah tidak mengena di
hati lagi. Kini muncul pribahasa baru yakni ‘Jempolmu Harimaumu’ dimana
jempolmu lah yang berbahaya saat ini. Banyak contoh kasus mengenai seseorang
yang berurusan dengan hukum karena tidak dapat mengontrol ‘jempolnya’ sendiri.
Oke pembahasan
ini mulai ‘ngelantur’ karena saya sendiri sedikit kesal melihat respon dari
pihak tak bertanggung jawab tersebut mengenai pergantian mata uang saat itu.
Kita kembali kepada situasi ketika saya mendapati hasil publikasi di media
sosial dari beberapa orang tersebut. Mereka mempublikasikan tanggapan mengenai
pengeluaran mata uang baru yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Boleh
mengemukakan pendapat kita mengenai hal ini, namun apakah pantas ketika
pendapat tersebut berisi ‘rasis’ dan terkesan menjelek-jelekan? Ingin sekali
saat itu saya mengomentarinya namun apalah daya, saya hanya seseorang yang
tidak memiliki ilmu setinggi gunung. Saat itu saya tidak memilki keberanian
apapun untuk mengemukakan sebuah pendapat di media sosial, ya intinya saya ini
hanyalah seorang ‘pengecut’. Saya hanya menyayangkan ungkapan kata yang mereka
‘lontarkan’ atau mungkin dalam bahasa tulisannya yang mereka ‘posting’ saat
itu. Boleh kah saya menyebutkan contoh ungkapannya? Akan kah ada yang
tersinggung ketika seseorang membaca tulisan ini? Jujur saya belum siap jika
suatu saat apa yang saya tulis di sini menjadi viral atau perbincangan di kalangan tertentu. Jasmani dan rohani saya
sepenuhnya belum siap menerima hal itu. Baiklah sepertinya tidak akan ada yang
tersinggung bukan? Oke, seperti ini inti dari kata-kata yang saya ingat
saat itu, `Gambar monyet ko dipajang di selembar uang sih haha’, ‘mending foto saya
yang dipajang dibanding wajah mirip monyet begitu’, ya kurang lebih seperti itu.
Kata-kata itu sebenarnya telah saya refisi agar lebih nyaman ketika dibaca,
sebenarnya jika kalian melihat secara langsung mungkin kalian semua akan
mengucapkan istigfar berkali-kali. Bagaimana mereka sanggup untuk memposting
kata-kata tersebut. Sebenarnya melihatnya saja saya enggan untuk mengetahui
lebih jauh mengenai postingan tersebut. Namun dengan bekal rasa penasaran, saya
membaca komentar yang ada di postingan tersebut. Saat itu saya melihat salah
satu komentar seseorang dimana isinya berupa profil lengkap dari gambar
seseorang yang ada di pecahan mata uang RI yang baru. Saya sangat mengapresiasi
komentar tersebut. Disaat yang lain mencacimaki orang yang membuat postingan
tersebut, dia dan beberapa orang lainnya menyampaikan kekesalan mereka dengan
komentar yang santun. Ah ya sebagai informasi, ketika itu mereka sedang
membahas gambar pahlawan yang ada di pecahan mata uang Rp. 10.000,-.
Sekilas profil mengenai Pahlawan yang ada di dalam uang kertas pada
pecaha Rp. 10.000,- yakni Frans Kaisiepo yang lahir di Wardo,
Biak,
Papua,
10 Oktober
1921 dan
meninggal di Jayapura,
Papua,
10 April
1979
pada umur 57 tahun yang dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cendrawasih,
Jayapura. Beliau adalah pahlawan nasional Indonesia
dari Papua
yang terlibat dalam Konferensi Malino
tahun 1946
yang membicarakan mengenai pembentukan Republik Indonesia Serikat
sebagai wakil dari Papua.
Ia mengusulkan nama Irian, kata dalam bahasa Biak
yang berarti tempat yang panas. Selain itu, ia juga pernah menjabat
sebagai Gubernur Papua antara tahun 1964-1973.
Untuk mengenang jasanya, namanya diabadikan sebagai nama Bandar Udara Frans Kaisiepo
di Biak. Selain itu namanya juga di abadikan di salah satu KRI yaitu KRI Frans Kaisiepo. Kemudian pada tanggal 19 Desember 2016, ia
diabadikan dalam uang kertas Rupiah Republik Indonesia yang baru baru pada
pecahan Rp. 10.000,-.
Lalu apa sebenarnya alasan di
balik pengeluaran mata uang yang baru ini? hasil wawancara dari wartawan
bersama Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Uang Bank
Indonesia, Suhaedi, Kamis (15/9/2016).
Beliau memaparkan, "kalau
melihat yang sudah ditetapkan Pak Presiden, itu merepresentasikan NKRI, jadi di
sana ada pahlawan dari Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Papua, NTT dan
lainnya. Itu esensinya."
Penetapan pahlawan-pahlawan tersebut, dijelaskan
oleh
Bapak Suhaedi, sudah melalui berbagai pertimbangan dan melibatkan
Kementerian Keuangan. Ini dilakukan karena dalam Uang NKRI yang baru ada tanda
tangan Menteri Keuangan.
Beliau juga mengungkapkan
pihaknya sudah mendapatkan izin dari ahli waris dari masing-masing pahlawan
yang akan dicantumkan. Ini untuk mengantisipasi tuntutan-tuntutan yang tidak
diharapkan nantinya.
"Jadi saat
penerbitannya nanti akan bersamaan dan ketika itu sudah ada di kantor-kantor
perwakilan Bank Indonesia di seluruh wilayah. Mekanismenya sama kayak
pengedaran Uang NKRI pecahan Rp 100 ribu sebelumnya," paparnya.
Apakah
hanya itu alasannya? Tidak dong, masih ada alasan yang lainnya seperti kualitas fisik uang yang
beredar di masyarakat saat ini sudah menurun. Menurut Asmawi Syam selaku Direktur Utama Bank BRI megatakan bahwa adanya
penggantian desain uang baru ini memunculkan semangat baru bagi Bangsa Indonesia. Hal ini dikarenakan sebelas pecahan yang
diluncurkan menampilkan 12 wajah pahlawan yang berbeda dari sebelumnya. Dalam
memilih tokoh pahlawan ini, BI berkoordinasi melalui Focus Group Discussion
(FGD) dengan sejumlah sejarawan, akademisi, pemerintah daerah, Menteri
Keuangan, dan Menteri Sosial. Selain memunculkan wajah-wajah pahlawan yang
baru, uang ini juga dilengkapi teknologi baru di mana keamanannya jauh lebih
baik dengan desain dan adanya bentuk kode tuna
netra berupa efek rabaan (tactile effect). Selain itu, Agus Martowardojo
juga menyampaikan lima makna penting dari 11 uang rupiah tahun emisi 2016,
yaitu:
1. Perwujudan kedaulatan
RI. Terlebih, pada uang baru tersebut mencantumkan frasa Negara Kedaulatan
Republik Indonesia (NKRI) yang punya makna filosofis.
2. Alat pembayaran yang
sah. Menurut Agus, rupiah menjadi alat pembayaran wajib dipakai dalam setiap
transaksi di Indonesia.
3. Upaya untuk menjaga
ketersediaan uang.
4. Menjaga kualitas fisik
uang rupiah.
5. Penghormatan terhadap
jasa pahlawan RI. Mengapa menggunakan gambar pahlawan dan pemandangan alam? Itu
merupakan bentuk penghormatan jasa pahlawan dan bertujuan memperkenalkan
beraneka ragam seni budaya dan kekayaan alam Indonesia
Dapat kita
simpulkan bahwa mata uang RI yang sebelumnya memang belum mewakili Negara ini
sebagai NKRI dengan semboyan Bhineka
Tunggal Ika. Entah mengapa mata uang yang dulu hanya terpajang wajah dari
pahlawan-pahlawan nasional yang berlaku sebagai ‘pemeran utama’ seperti Ir.
Soekarno sehingga generasi muda saat ini kurang mengenal para pahlawan lainnya
seperti Frans Kaisiepo ini. Bukan hanya di mata uang saja, namun dalam
pelajaran sejarah pun kurang dibahas dan diperkenalkan apabila dibandingkan
dengan pahlawan nasional yang peranannya lebih besar bagi Nusa dan bangsa ini.
Bukankah lebih baik apabila pahlawan lainnya ikut diperkenalkan walaupun
peranannya dalam memerdekakan bangsa ini hanya ‘seujung jari’ saja? Lalu siapa
yang patut disalahkan jika ada oknum tertentu yang merendahkan pahlawan bangsa
ini lantaran ketidaktahuannya terhadap para pahlawan bangsa dari Sabang sampai
Merauke? Sebenarnya saling menyalahkan pun tidak akan menemukan solusinya
bahkan menghilangkan masalah seperti ini. Lalu apa yang harus kita lakukan
sekarang? Mulailah kita merefleksi diri sendiri mulai dari sekarang. Tanyakan
pada diri sendiri sejauh manakah rasa cinta kita terhadap bangsa ini. Kemudian,
mulailah kita memperdalam pengetahuan mengenai bangsa ini mulai dari sejarahnya
agar hal ini tidak terulang kembali.
Berikut ini
daftar nama pahlawan yang menjadi gambar utama dalam mata uang NKRI:
1. Gambar Pahlawan Nasional Dr. (HC) Ir. Soekarno dan Dr
(HC) Drs. Mohammad Hatta sebagai gambar utama pada bagian depan Rupiah kertas
NKRI dengan pecahan Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah);
2. Gambar Pahlawan Nasional Ir. H. Djuanda Kartawidjaja
sebagai gambar pada bagian depan Rupiah kertas NKRI dengan pecahan Rp 50.000,00
(lima puluh ribu rupiah);
3. Gambar Pahlawan Nasional Dr. G.S.S.J. Ratulangi sebagai
gambar pada bagian depan Rupiah kertas NKRI dengan pecahan Rp 20.000,00 (dua
puluh ribu rupiah);
4. Gambar Pahlawan Nasional Frans Kaisiepo sebagai gambar
pada bagian depan Rupiah kertas NKRI dengan pecahan Rp 10.000,00 (sepuluh ribu
rupiah);
5. Gambar Pahlawan Nasional Dr. K.H. Idham Chalid sebagai
gambar pada bagian depan Rupiah kertas NKRI dengan pecahan Rp 5.000,00 (lima
ribu rupiah);
6. Gambar Pahlawan Nasional Mohammad Hoesni Thamrin
sebagai gambar pada bagian depan Rupiah kertas NKRI dengan pecahan Rp 2.000,00
(dua ribu rupiah);
7. Gambar Pahlawan Nasional Tjut Meutiah sebagai gambar
pada bagian depan Rupiah kertas NKRI dengan pecahan Rp 1.000,00 (seribu
rupiah);
8. Gambar Pahlawan Nasional Mr. I Gusti Ketut Pudja
sebagai gambar pada bagian depan Rupiah logam NKRI dengan pecahan Rp 1.000,00
(seribu rupiah);
9. Gambar Pahlawan Nasional Letnan Jenderal TNI (Purn)
Tahi Bonar Simatupang sebagai gambar pada bagian depan Rupiah logam NKRI dengan
pecahan Rp 500,00 (lima ratus rupiah);
10. Gambar Pahlawan Nasional Dr. Tjiptomangunkusumo sebagai
gambar pada bagian depan Rupiah logam NKRI dengan pecahan Rp 200,00 (dua ratus
rupiah); dan
11. Gambar Pahlawan Nasional Prof.Dr.Ir. Herman Johanes
sebagai gambar pada bagian depan Rupiah logam NKRI dengan pecahan Rp 100,00
(seratus rupiah).
Tulisan
ini dibuat tanpa bermaksud menyinggung, memojokkan, dan merendahkan
seseorang. Tulisan ini dibuat dengan maksud berbagi 'secuil' pemikiran
mengenai masalah-masalah yang sedang berkembang di kalangan masyarakat
saat ini, kemarin, maupun yang telah berlalu. Kritik dan saran akan
diterima sebagai bahan refleksi diri untuk tulisan-tulisan yang akan
datang. ^.^
Sumber :