Minggu, 17 Desember 2017

[Review] Buku : Filsafat Ilmu (Mengurai Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Pengetahuan)


Filsafat Ilmu
Mengurai Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Pengetahuan
(Prof. Dr. Ahmad Tafsir)

Hi~, kembali lagi bersama saya.^^
Kali ini, saya akan membahas buku yang berkaitan dengan filsafat. Bisa dibilang postingan kali ini tentang review sebuah buku. Yang akan saya review yakni buku karangan Prof. Dr. Ahmad Tafsir yang berjudul `Filsafat Ilmu: Mengurai Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Pengetahuan`.

Sebelum membahas mengenai isi bukunya, bagaimana jika kita membahas mengenai covernya terlebih dahulu? Jika dilihat dari covernya, mungkin bagi sebagian orang akan menyangka bahwa ini buku dongeng. Karena buku ini menyajikan gambar kartun di mana pada cover depannya itu terdapat 3 orang tokoh kartun dengan profesinya masing-masing. Untuk orang pertama jika dilihat dari gaya berpakaiannya bisa kita tebak bahwa ia seorang ilmuan. Karena ia digambarkan sedang memegang sebuah gelas kaca yang berisi ramua dan disekitarnya ada meja yang penuh dengan alat-alat yang biasa dipakai oleh para ilmuan. Kemudian untuk orang yang berikutnya bisa kita sebut bahwa ia seorang dukun.Pakaian yang gunakan khas dukun atau `orang pintar` dengan ada asap di depannya dan ada tempat berupa baskom atau wadah yang biasa diisi oleh `persembahan`. Gaya yang ia tunjukan juga khas seperti dukun yang sedang meminta sesuatu pada hal yang ia percaya dengan kedua tangan yang ia angkat ke atas. Dan yang terakhir itu gambar seorang pria yang sedang duduk di kursi dengan wajah serius dan pakaian yang ia gunakan seperti yang selalu di pakai oleh dewa-dewa di animasi kartun di tambah hiasan di kepalanya yang terbuat dari rangkaian dedaunan hijau. Bisa saja dia seorang dewa atau seorang raja yang bertahta tinggi. Menurut saya pribadi, covernya ini saat menarik karena dengan gambar kartun tersebut serta warnanya juga sangat atraktif dengan aksen warna orange, biru, ungu, putih, hijau, dan warna-warna cerah lainnya. Sekali melihat saja pasti bisa membuat orang penasaran lantaran `penampakan` covernya tetapi judul yang diusung lebih kepada pengetahuan.

Setelah kita membahas mengenai cover depan, mari kita membahas bagian belakangnya. Pada bagian belakang buku terdapat 3 orang gambar kartun yang sama seperti pada cover depannya namun dalam ukuran yang lebih kecil. Selain itu, ada juga tulisan berupa synopsis singkat dari keseluruhan isi buku. Jadi tulisan tersebut setidaknya bisa membuat orang yang akan membaca buku ini sedikit lebih tahu tentang pembahasan dari buku itu sendiri. Di buku tersebut tertulis bahwa buku ini berisi uraian tentang pemetaan pengetahuan. Mulai dari pengetahuan Sain, Filsafat, dan Pengetahuan Mistik yang dikaji dari segi Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologinya. Penulis membahas mengenai ilmu-ilmu mistik di dalamnya, hal ini lantaran pengetahuan mistik tersebut kurang mendapat perhatian dari para ahli diperguruan tinggi padahal kenyataannya pengetahuan tersebut memang ada dan berkembang di kalangan masyarakat. Bahkan pengetahuan tersebut mempengaruhi sejumlah besar anggota masyarakat.
Ya, walaupun buku ini membahas hal-hal mistik tetapi penyajiannya tetap pada jalur keilmuan. Bukan berarti buku ini membahas hal-hal mistik dan Anda setelah membacanya bisa menguasai dan bisa mempraktekan ilmu perdukunan atau paranormal wkwk. Hayo ngaku~ jangan yang pernah liat buku ini fikirannya sampe ke situ? Wkwk, jangan sampe yah.

Tadi kita sudah membahas cover depan dan belakang, kemudian kita membahas mengenai tebal buku dan rincian bukunya dulu deh. Apakah kalian udah pada ga sabar nih ingin membaca isi bukunya? Tenang, sabar yah hehe.
Kembali ke topic semula yakni tentang biodata buku. Secara keseluruhan buku ini memiliki 247 halaman dengan 2 halaman berisi biodata penulis, 1 halaman judul dan 1 halaman biodata buku, 3 halaman untuk kata pengantar, 3 halaman untuk daftar isi, dan 7 halaman untuk daftar pustaka. Selain itu ada halaman yang isinya hanya gambar yang terletak di setiap batas bab tersebut. Buku ini memiliki 4 bab atau pembahasan yang dimulai dengan pendahuluan dan 3 bab lainnya yang membahas inti dari isi buku tersebut, 3 bab lainnya yakni Pengetahuan Sains, Pengetahuan Filsafat, dan Pengetahuan Mistik. Apakah kalian masih ingat dengan pembahasan di paragraph sebelumnya mengenai cover buku? Masih ingatkah dengan 3 tokoh kartunnya? Ya ternyata 3 tokoh tersebut mewakili ketiga bab dari isi buku tersebut. Wah, amazing. Saya kira gambar tersebut hanya sebagai gambar biasa ternyata ada maknanya ya hehe. Untuk bab pertama yakni mengenai Pengetahuan Sains diwakili oleh gambar ilmuan, Pengetahuan Filsafat diwakili oleh gambar tokoh dewa atau raja, dan yang terakhr Pengetahuan Mistik diwakili oleh gambar tokoh dukun. Baiklah, secara lengkapnya biodata dari buku ini bisa dilihat seperti di bawah ini:
Judul                            : Filsafat Ilmu
Mengurai Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Pengetahuan
Penulis                         : Prof. Dr. Ahmad Tafsir
Desainer Sampul          : Iman Taufik
Penerbit                       : PT Remaja Rosdakarya
Tempat Penerbitan       : Jl. Ibu Langit Ganarsih No. 40, Bandung 40252
Telp                 : (022) 5200287
Faks                 : (022) 5202529
e-mail              : rosda@indosat.net.id
Website            : www.rosda.co.id
Cetakan Ke-                 : Cetakan kesembilan, Agustus 2016
ISBN                            : 979-692-344-0

·         BAB 1 Pendahuluan
Baiklah, kita bahas untuk bab 1 terlebih dahulu yah.

Pada Bab 1 ini berjudul ‘Pendahuluan’. Dilihat dari judulnya, apa yang kalian pikirkan? Sebagian dari kalian pasti berpikir pendahuluan itu isinya tentang pengenalan isi buku. Iya kan? Yup, tepat sekali. Pada Bab ini, kita diperkenalkan dengan isi bukunya mulai dari pengertian ilmu dengan berbagai macam perumpamaan yang mendeskripsikan ilmu itu sendiri. Selain itu ada juga mengenai pembahasan logis dan rasional. Nah pada pembahasan logis dan rasional, di dalamnya terdapat cerita penulis yang berceritakan tentang pemahaman Beliau mengenai kedua kata tersebut.

Dalam buku itu tertulis bahwa Beliau sebagai seorang Dosen sejak tahun 1970 yang mengajarkan filsafat sampai sekitar tahun 2000 menganggap bahwa ‘logis’ itu sama saja dengan ‘yang rasional’. Selama kurang lebih 30 tahun, Beliau, menyamakan pengertian logis dan rasional atau dengan kata lain Beliau tidak tahu perbedaan dari keduanya secara tepat. Lalu, dari waktu ke waktu Beliau mulai melihat perbedaan dari kedua kata tersebut yang dimulai ketika Beliau membaca buku  karangan Kant yang mengatakan bahwa rasional itu sebenarnya sesuatu yang masuk akal sebatas hukum alam. Namun, Beliau belum menemukan titik temu sampai akhirnya ketika menulis buku ini  sejak awal tahun 2001, Beliau mulai ‘mendalami’ kedua istilah kata tersebut. Hasil yang Beliau dapatkan yakni ternyata istilah logis dan rasional itu merupakan dua istilah yang sangat popular (amat sering digunakan) baik dikalangan pelajar maupun masyarakat umum. Sesuatu yang rasional ialah sesuatu yang mengikuti atau sesuai dengan hukum alam. Sedangkan yang tidak rasional ialah yang tidak sesuai dengan hukum alam. Kebenaran akal diukur dengan hukum alam.

Kemudian untuk logis itu sendiri, kebenaran logis tebagi menjadi 2 yankni logis-rasional dan logis-supra-rasional. Logis supra-rasional ialah pemikiran akal yang kebenarannya hanya mengandalkan argument dan tidak diukur dengan hukum alam. Bila argumennya masuk akal maka dikatakan benar, sekalipun argument tersebut melawan hukum alam. Atau lebih singkatnya, ukuran kebenarannya itu ada pada logika yang ada di dalam susunan argumennya.

Selain mengenai pembahasan di atas, buku ini terdapat kesimpulan mengenai logis dan rasional baik yang diungkapkan oleh penulis itu sendiri dan beberapa kesimpulan sebagai implikasi konsep logis.

·         BAB 2 Pengetahuan Sains
Pada Bab ini, diulas mengenai Pengetahuan Sains yang dikaji dari segi ontology, epistemologi, dan aksiologinya. Untuk ontology sainnya itu sendiri membahas mengenai hakikat dan struktur sains. Kemudian untuk Epistemologinya membahas objek pengetahuan sains, cara memperoleh pengetahuan sains, dan ukuran kebenaran pengetahuan sains. Kemudian yang terakhir mengenai aksiologinya yang membahas kegunaan pengetahuan sains, cara sains menyelesaikan masalah, dan netralitas sains. Namun di sini saya akan membahas semuanya kecuali mengenai netralisasi sains.

            1.        Ontologi Sains
a.       Hakikat Pengetahuan Sains
Pada Bab 1 buku ini sebelumnya telah membahas mengenai pengertian pengetahuan sains dimana di dalamnya ada pengetahuan rasional empiris. Maka pada pembahasan kali ini yakni mengenai masalah rasional dan empiris.

Di dalam buku ini pembahasannya diikut sertakan pula masalah yang ada di masyarakat seperti untuk pembahasan ini menggunakan permasalahan mengenai perbedaan tingkah laku dari kedua penduduk kampung yang berbeda, yakni penduduk kampung yang satu memakan telur ayam dan yang satunya tidak memakannya melaingkan menjualnya padahal posisinya kedua penduduk kampung tersebut sama-sama memelihara ayam. Hingga mungculah hipotesis penulis buku mengenai permasalahan tersebut yakni semakin banyak makan telur akan semakin sehat, atau telur berpengaruh positif terhadap kesehatan. Perlu diketahui sebelumnya, bahwa hipotesis haruslah berdasarkan rasio atau harus rasional. Nah, untuk hipotesis yang diajukan penulis buku ini yakni rasionalnya itu bahwa untuk sehat diperlukan gizi, dan telur mengandung banyak gizi, oleh karena itu akan logis jika dikatakan bahwa semakin banyak makan telur maka akan semakin sehat. Namun perlu diingat, hipotesis di atas hanya dugaan dan belum diuji kebenarannya. Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kata “rasional” di sini menunjukkan adanya hubungan pengaruh atau hubungan sebab akibat.

Lalu apa itu empiris? Untuk menjawabnya, perlu diketahui terlebih dahulu bahwa hipotesis yang sebelumnya diuji kebenarannya mengikuti prosedur metode ilmiah. Rumus baku metode ilmiah yakni logico-hypothetico-verifikatif (buktikan bahwa itu logis, tarik hipotesis, ajukan bukti empiris). Logico di sini artinya rasional. Pada dasarnya cara kerja sains adalah kerja mencari hubungan sebab-akibat, dan asumsi dasarnya ialah tidak ada kejadian tanpa sebab yang dirumuskan dalam ungkapan post hoc, ergo propter hoc oleh Fred N. Kerlinger (Foundation of Behavior Research, 1873: 378) yang artinya ‘ini, disebankan oleh ini’.

b.     Struktur Sains
Secara garis besar sains itu dibagi menjadi 2 yakni sains kealaman dan sains sosial. Berikut struktur sains yang dijelaskan dalam buku ini:
1)      Sains Kealaman
·         Astronomi
·         Fisika
·         Kimia
·         Ilmu Bunyi
·         Ilmu Hayat
2)      Sains Sosial
·         Sosiologi
·         Antropologi
·         Psikologi
·         Ekonomi
·         Politik

            2.     Epistemologi Sains
a.       Objek Pengetahuan Sains
Objek pengetahuan sains itu adalah semua objek yang empiris. Menurut Jujun S. Suriasumantri (Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, 1994:105) menyatakan bahwa objek kajian sains hanyalah objek yang berada dalam ruang lingkup pengalaman manusia (pengalaman indera). Objek-objek yang dapat diteliti oleh sains adalah alam, tumbuhan, hewan dan manusia serta kejadian-kejadian di sekitar alam, tetumbuhan, hewan dan manusia itu.

b.      Cara Memperoleh Pengetahuan Sains
Cara memperoleh pengetahuan sains yakni dengan menggunakan model penelitian dan tentunya mengadakan penelitian. Hasil penelitian tersebutlah yang melahirkan pengetahuan sains yang sekarang kita warisi dari orang-orang terdahulu sebelumnya. Model-model penelitian yang digunakan terdapat metode ilmiah di mana untuk memperoleh pengetahuan yang benar harus melakukan langkah logico-hypothetico-verificatif (buktikan kelogisannya, ajukan hipotesis, dan buktikan secara empiris).

Urutan dalam proses terwujudnya aturan dalam penelitian yakni sebagai berikut:
c.       Ukuran Kebenaran Pengetahuan Sains
Dalam buku ini dibahas mengenai ukuran kebenaran Pengetahuan Sains. Untuk mengupas masalah tersebut, kita perlu juga membahas mengenai ukuran kebenaran teori-teori sains, karena dalam ilmu sain membahas mengenai teori-teori.

Hipotesis dalam ilmu sains adalah pernyataan yang sudah benar secara logika, tetapi belum terbukti secara empiris. Namun bukan berarti belum atau tidak adanya bukti empiris membuktikan bahwa hipotesis tersebut salah. Hipotesis tetap dikatakan benar apabila logis, sehingga bisa kita simpulkan bahwa hipotesis (merupakan juga teori) lebih penting dari pada bukti empirisnya.

            3.        Aksiologi Sains
a.       Kegunaan Pengetahuan Sains
Pernahkah terlintah dipikiran kalian, apa sih kegunaan pengetahuan sains itu? Buat apa ada pengetahuan sains? Seberapa pentingkah pengetahuan sains bagi kehidupan kita?
Secara umum pengetahuan sains itu berisi teori (ilmiah) dan teori tersebut berupa alasan dan dapat berupa argument yang logis. Berikut kegunaan pengetahuan sains di antaranya adalah:
·         Sebagai Alat Eksplanasi
Menurut T. Jacob (Manusia, Ilmu dan Teknologi, 1993: 7-8) sains merupakan suatu system eksplanasi yang paling dapat diandalkan dibandingkan dengan system lainnya dalam memahami masa lampau, sekarang, serta mengubah masa depan.
·         Sebagai Alat Peramal
Biasanya para ilmuan dapat meramalkan atau memprediksi untuk di masa yang akan datang dari hasil ‘mengutak-atik’ faktor penyebab yang sebelumnya telah diketahui.
·         Sebagai Alat Pengontrol
Perlu diketahui, eksplanasi itu merupakan bahan untuk membuat ramalan dan kontrol. Ilmuan bisa membuat control dari hasil ramalan sebelumnya. Lalu apa bedanya prediksi dan kontrol? Kontrol itu bersifat pasif yang biasanya setelah mengetahui penyebab suatu kejadian, kita akan memprediksi apa yang akan terjadi berikutnya atau dampak yang dihasilkan dari kejadian tersebut. Sedangkan control lebih bersifat aktif, yakni biasanya apabila kita telah mengetahui penyebab dan telah mempredisikannya maka kita akan melakukan tindakan-tindakan yang biasanya untuk mencegah kejadia tersebut bisa terjadi kembali apabila bersifat negative seperti bencana alam yang disebabkan manusia contohnya banjir.

b.      Cara Sain Menyelesaikan Masalah
Biasanya para ilmuan menyelesaikan masalah dengan cara sains yakni dengan mengidentifikasi masalah itu terlebih dahulu yang dilakukan dengan penelitian yang hasilnya akan dianalisa. Kemudian, mereka mencari teori tentang sebab-sebab dari suatu masalah tersebut. Setelah menemukan teroinya dan mengetahui penyebabnya, mereka akan membaca kembali literatur atau dengan kata lain mencari teori kembali yang menjelaskan cara menyelesaikannya masalah tersebut. Setelah itu, mereka akan mengusulkan tindakan-tindakan yang harus dilakukan kepada semua pihak yang terkait. Namun perlu diingat, bahwa tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan cara sains. Mengapa? Ada 2 penyebabnya yakni, belum tentu teori tersebut mampu menyelesaikan masalah yang dihapadi karena pada dasarnya teori pada zaman dahulu belum tentu efektif untuk digunakan pada masalah yang terjadi di zaman sekarang. Kemudian yang kedua, belum tentu setiap masalah tersedia teori untuk menyelesaikannya. Tetapi apabila suatu masalah tidak bisa diselesaikan dengan cara sains, maka bisa diselesaikan dengan cara filsafat yang mungkin mampu menyelesaikannya.

·         BAB 3 Pengetahuan Filsafat
            1.        Ontologi Pengetahuan Filsafat
a.       Hakikat Pengetahuan Filsafat
Definisi dari Poedjawijatna dan Hasbullah Bakry menjelaskan salah satu hal penting  yaitu bahwa filsafat itu merupakan pengetahuan yang diperoleh dari berpikir.

b.      Struktur Filsafat
Filsafat terdiri dari 3 cabang besar yakni:
·         Ontologi, yang membicarakan hakikat (segala sesuatu).
1)      Logika
2)      Metafisika, untuk mengetahui adanya hakikat realitas ilahi baik yang material, biologis, maupun intelektual. Jalan untuk mengetahuinya yakni dengan psokologi (untuk mengetahui adanya sesuatu dalam diri manusia ‘soul’ yang identik dengan realitas ilahi.
3)      Kosmologi
4)      Teologi
5)      Antropologi
6)      Etika, kumpulan petunjuk untuk mengefektifkan usaha transformasi diri yang akan memungkinkan untuk mengalami dunia dengan cara baru. Isi etika itu sendiri adalah bentuk-bentuk kerendahhatian, kedermawanan dan ketulusan.
7)      Estetika
8)      Filsafat Pendidikan
9)      Filsafat Hukum
10)  Dll
·         Epistemologi, yaitu cara memperoleh pengetahuan itu.
·         Aksiologi, yaitu kegunaan dari pengetahuan tersebut.

            2.        Epistemologi Pengetahuan Filsafat
a.       Objek Pengetahuan Filsafat
Sebelum membahas tentang objek kajiannya, perlu kita ketahui tujuan berfilsafat itu sendiri. Apa sih tujuan berfilsafat? Tujuannya yakni untuk menemukan kebenaran yang sebenarnya atau yang terdalam. Lalu objek yang dikaji di dalamnya apa? Objek penelitian filsafat lebih banyak dari pada objek yang dikaji oleh pengetahuan sains. Filsafat meneliti objek yang ada tetapi abstrak, adapun yang mungkin ada  sudah jelas abstrak, itupun jika ada.

b.      Cara Memperoleh Pengetahuan Filsafat
Berfilsafat artinya berfikir yang menggunakan akal. Lalu bagaimana cara manusia mendapatkan pengetahuan filsafat? Ya tentunya dengan cara berpikir secara mendalam, tentang sesuatu yang abstrak atau sesuatu yang konkret namun yang hendak dicari bersifat abstrak.

c.       Ukuran Kebenaran Pengetahuan Filsafat
Ukuran kebenarannya yakni logis tidaknya pengetahuan itu. Apa bila logis maka dikatakan benar, namun sebaliknya apabila tidak logis maka salah. Kebenaran teori filsafat ditentukan oleh logis tidaknya teori tersebut yang akan terlihat pada argument yang menghasilkan kesimpulan dari teori tersebut.

            3.        Aksiologi Pengetahuan Filsafat
a.       Kegunaan Pengetahuan Filsafat
Salah satu diantaranya yakni filsafat sebagai methodology yang sangat penting untuk diketahui karena bisa berupa cara memecahkan masalah yang sedang dihadapi.

b.      Cara Filsafat Menyelesaikan Masalah
Sesuai dengan sifatnya, filsafat menyelesaikan masalah secara mendalam dan universal yang artinya mencari asal masalah dan dilihat dalam hubungan seluas-luasnya agar kelak dapat diselesaikan secara cepat dan berakibat seluas mungkin.

c.       Cara Orang Umum Menilai
Pada umumnya, ada 3 cara orang menilai suatu pendapat atau pernyataan yakni:
·         Berdasarkan ketidaktahuannya yang dijadikan alat ukur.
·         Menggunakan pendapatnya sebagai ukuran.
·         Menggunakan pendapat umumnya pakar sebagai alat ukur.

·         BAB 4 Pengetahuan Mistik
            1.        Ontologi Pengetahuan Mistik
a.       Hakikat Pengetahuan Mistik
Mistik dalam pengertian umum adalah suatu pengetahuan yang tidak rasional. Pengetahuan mistik adalah pengetahuan yang tidak dapat dipahami rasio, maksudnya, hubungan sebab-akibat yang terjadi tidak dapat dipahami. Pengetahuan ini merupakan pengetahuan supra-rasional namun terkadang diketahui bukti empirisnya. Dalam Islam, yang termasuk pengetahuan mistik yakni pengetahuan yang diperoleh melalui jalan tasawuf . Pengetahuan yang diperoleh misalnya seperti pada istilah ma’rifah, al-ittihad, atau  hulul.

b.      Struktur Pengetahuan Mistik
JIka dilihat dari segi sifatnya, kita dapat membaginya ke dalam 2 bentuk yakni mistik biasa (dalam Islam contohnya tasawuf) dan mistik magis yang mengandung kekuatan tertentu dengan tujuan tertentu. Mistik magis dapat dibagi 2 kembali yakni mistik-magis-putih (dalam Islam contohnya mukjizat, karamah, ilmu hikmah) dan mistik-magis-hitam (santet, dan sejenisnya yang mengarah ke sihir).

            2.        Epistemologi Pengetahuan Mistik
a.       Objek Pengetahuan Mistik
Objek kajiannya yakni objek yang abstrak-supra^rasional, seperti alam gaib termasuk Tuhan, malaikat, surga, neraka, jin, dll. Adapun objek-objek lainnya yang tidak dapat dipahami oleh rasio (supra-rasional) seperti kebal, debus, pellet, penggunaan jin, santet, dll.

b.      Cara Memperoleh Pengetahuan Mistik
Ilmu mistik diperoleh melalui rasa. Pada umumnya, cara memperolehnya adalah latihan yang disebut riyadhah yang kemudian memperoleh pencerahan, memperoleh pengetahuan yang dalam tasawuf (marifah). Umunya latihan yang dimaksud adalah latihan batin.

c.       Ukuran Kebenaran Pengetahuan Mistik
Kebenarannya diukur dengan berbagai ukuran. Bila pengetahuan itu berasal dari Tuhan maka ukuran kebenarannya ialah teks Tuhan yang menyatakan demikian.

            3.        Aksiologi Pengetahuan Mistik
a.       Kegunaan Pengetahuan Mistik
Kegunaan dari pengetahuan ini mencakup hal yang sangat luas dan bersifat subyektif, yang lebih tahu kegunaannya hanya pemiliknya. Jika pengetahuan yang lain seperti kekebalan, pellet, debus, dll diperuntukan sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu terlepas dari benar atau tidaknya penggunaan pengetahuan tersebut. Misalnya untu kekebalan (debus), dugunakan untuk pertahanan diri dan juga untuk pertunjukan hiburan.

b.      Cara Pengetahuan Mistik Menyelesaikan Masalah
Pengetahuan mistik tidak menyelesaikan masalah dengan proses inderawi ataupun proses rasio.

4.      Beberapa Contoh Pengetahuan Mistik
·         Mukasyafah
·         Ilmu Laduni
·         Saefi
·         Jangjawokan
·         Sihir
·         Ilmu Kebal
·         Santet
·         Pelet
·         Debus
·         Tentang Jin
·         Nyambat
·         Ilmu Keanugrahan

Nah, kurang lebih seperti itulah isi buku yang ditulis oleh Prof. Dr. Ahmad Tafsir. Bagaimana? Tertarik untuk membaca bukunya secara lebih lengkap? Oh iya, saya akan membahas mengenai profil Beliau secara ringkas. Beliau ini mengajar di Fakultas Tarbiyah IAIN Bandung (1970) hingga sekarang dan mempelopori berdirinya Asosiasi Sarjana Pendidikan Islam (ASPI). Kemudian Beliau diangkat menjadi Guru Besar di Fakultas Tarbiyah IAIN Bandung (1997). Karya tulisannya tersebar pada berbagai media dan pada umunya berisi tentang Pendidikan Filsafat.

Baiklah, cukup sekian review buku kali ini. Semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca. Mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan di hati para pembaca. Terima kasih dan sampai jumpa di tulisan-tulisan berikutnya.

Sumber : Tafsir, Ahmad. 2016. Filsafat Ilmu: Mengurai Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Pengetahuan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak dan berbudi bahasa yang baiklah. Mari saling menghargai atar sesama! ^^

[Review Drama Korea] Bagian 1: Nostalgia Zaman Jadoel (Replay 1988)

                                                          Nostalgia Zaman Jadoel (Replay  1988) Ada yang udah pernah nonton drama korea...