Filsafat Ilmu
Mengurai Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Pengetahuan
(Prof.
Dr. Ahmad Tafsir)
Hi~,
kembali lagi bersama saya.^^
Kali ini,
saya akan membahas buku yang berkaitan dengan filsafat. Bisa dibilang postingan
kali ini tentang review sebuah buku.
Yang akan saya review yakni buku karangan Prof. Dr. Ahmad Tafsir yang berjudul
`Filsafat Ilmu: Mengurai Ontologi,
Epistemologi, dan Aksiologi Pengetahuan`.
Sebelum
membahas mengenai isi bukunya, bagaimana jika kita membahas mengenai covernya
terlebih dahulu? Jika dilihat dari covernya, mungkin bagi sebagian orang akan
menyangka bahwa ini buku dongeng. Karena buku ini menyajikan gambar kartun di
mana pada cover depannya itu terdapat 3 orang tokoh kartun dengan profesinya
masing-masing. Untuk orang pertama jika dilihat dari gaya berpakaiannya bisa
kita tebak bahwa ia seorang ilmuan. Karena ia digambarkan sedang memegang
sebuah gelas kaca yang berisi ramua dan disekitarnya ada meja yang penuh dengan
alat-alat yang biasa dipakai oleh para ilmuan. Kemudian untuk orang yang
berikutnya bisa kita sebut bahwa ia seorang dukun.Pakaian yang gunakan khas
dukun atau `orang pintar` dengan ada asap di depannya dan ada tempat berupa
baskom atau wadah yang biasa diisi oleh `persembahan`. Gaya yang ia tunjukan
juga khas seperti dukun yang sedang meminta sesuatu pada hal yang ia percaya
dengan kedua tangan yang ia angkat ke atas. Dan yang terakhir itu gambar
seorang pria yang sedang duduk di kursi dengan wajah serius dan pakaian yang ia
gunakan seperti yang selalu di pakai oleh dewa-dewa di animasi kartun di tambah
hiasan di kepalanya yang terbuat dari rangkaian dedaunan hijau. Bisa saja dia
seorang dewa atau seorang raja yang bertahta tinggi. Menurut saya pribadi,
covernya ini saat menarik karena dengan gambar kartun tersebut serta warnanya
juga sangat atraktif dengan aksen warna orange, biru, ungu, putih, hijau, dan
warna-warna cerah lainnya. Sekali melihat saja pasti bisa membuat orang
penasaran lantaran `penampakan` covernya tetapi judul yang diusung lebih kepada
pengetahuan.
Setelah
kita membahas mengenai cover depan, mari kita membahas bagian belakangnya. Pada
bagian belakang buku terdapat 3 orang gambar kartun yang sama seperti pada
cover depannya namun dalam ukuran yang lebih kecil. Selain itu, ada juga
tulisan berupa synopsis singkat dari
keseluruhan isi buku. Jadi tulisan tersebut setidaknya bisa membuat orang yang
akan membaca buku ini sedikit lebih tahu tentang pembahasan dari buku itu
sendiri. Di buku tersebut tertulis bahwa buku ini berisi uraian tentang pemetaan
pengetahuan. Mulai dari pengetahuan Sain, Filsafat, dan Pengetahuan Mistik yang
dikaji dari segi Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologinya. Penulis membahas mengenai ilmu-ilmu mistik di dalamnya, hal ini
lantaran pengetahuan mistik tersebut kurang mendapat perhatian dari para ahli
diperguruan tinggi padahal kenyataannya pengetahuan tersebut memang ada dan
berkembang di kalangan masyarakat. Bahkan pengetahuan tersebut mempengaruhi
sejumlah besar anggota masyarakat.
Ya,
walaupun buku ini membahas hal-hal mistik tetapi penyajiannya tetap pada jalur
keilmuan. Bukan berarti buku ini membahas hal-hal mistik dan Anda setelah
membacanya bisa menguasai dan bisa mempraktekan ilmu perdukunan atau paranormal
wkwk. Hayo ngaku~ jangan yang pernah liat buku ini fikirannya sampe ke situ? Wkwk,
jangan sampe yah.
Tadi kita
sudah membahas cover depan dan belakang, kemudian kita membahas mengenai tebal
buku dan rincian bukunya dulu deh. Apakah kalian udah pada ga sabar nih ingin
membaca isi bukunya? Tenang, sabar yah hehe.
Kembali
ke topic semula yakni tentang biodata buku. Secara keseluruhan buku ini
memiliki 247 halaman dengan 2 halaman berisi biodata penulis, 1 halaman judul
dan 1 halaman biodata buku, 3 halaman untuk kata pengantar, 3 halaman untuk
daftar isi, dan 7 halaman untuk daftar pustaka. Selain itu ada halaman yang
isinya hanya gambar yang terletak di setiap batas bab tersebut. Buku ini
memiliki 4 bab atau pembahasan yang dimulai dengan pendahuluan dan 3 bab
lainnya yang membahas inti dari isi buku tersebut, 3 bab lainnya yakni
Pengetahuan Sains, Pengetahuan Filsafat, dan Pengetahuan Mistik. Apakah kalian
masih ingat dengan pembahasan di paragraph sebelumnya mengenai cover buku?
Masih ingatkah dengan 3 tokoh kartunnya? Ya ternyata 3 tokoh tersebut mewakili
ketiga bab dari isi buku tersebut. Wah, amazing. Saya kira gambar tersebut
hanya sebagai gambar biasa ternyata ada maknanya ya hehe. Untuk bab pertama
yakni mengenai Pengetahuan Sains diwakili oleh gambar ilmuan, Pengetahuan
Filsafat diwakili oleh gambar tokoh dewa atau raja, dan yang terakhr
Pengetahuan Mistik diwakili oleh gambar tokoh dukun. Baiklah, secara lengkapnya
biodata dari buku ini bisa dilihat seperti di bawah ini:
Judul : Filsafat Ilmu
Mengurai
Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Pengetahuan
Penulis : Prof. Dr. Ahmad
Tafsir
Desainer
Sampul : Iman Taufik
Penerbit : PT Remaja Rosdakarya
Tempat
Penerbitan : Jl. Ibu Langit Ganarsih
No. 40, Bandung 40252
Telp : (022) 5200287
Faks : (022) 5202529
e-mail : rosda@indosat.net.id
Website : www.rosda.co.id
Cetakan
Ke- : Cetakan kesembilan,
Agustus 2016
ISBN : 979-692-344-0
·
BAB
1 Pendahuluan
Baiklah,
kita bahas untuk bab 1 terlebih dahulu yah.
Pada
Bab 1 ini berjudul ‘Pendahuluan’. Dilihat dari judulnya, apa yang kalian
pikirkan? Sebagian dari kalian pasti berpikir pendahuluan itu isinya tentang
pengenalan isi buku. Iya kan? Yup, tepat sekali. Pada Bab ini, kita
diperkenalkan dengan isi bukunya mulai dari pengertian ilmu dengan berbagai
macam perumpamaan yang mendeskripsikan ilmu itu sendiri. Selain itu ada juga
mengenai pembahasan logis dan rasional. Nah pada pembahasan logis dan rasional,
di dalamnya terdapat cerita penulis yang berceritakan tentang pemahaman Beliau
mengenai kedua kata tersebut.
Dalam buku itu tertulis bahwa
Beliau sebagai seorang Dosen sejak tahun 1970 yang mengajarkan filsafat sampai
sekitar tahun 2000 menganggap bahwa ‘logis’ itu sama saja dengan ‘yang rasional’.
Selama kurang lebih 30 tahun, Beliau, menyamakan pengertian logis dan rasional
atau dengan kata lain Beliau tidak tahu perbedaan dari keduanya secara tepat.
Lalu, dari waktu ke waktu Beliau mulai melihat perbedaan dari kedua kata
tersebut yang dimulai ketika Beliau membaca buku karangan Kant yang mengatakan bahwa rasional
itu sebenarnya sesuatu yang masuk akal sebatas hukum alam. Namun, Beliau belum
menemukan titik temu sampai akhirnya ketika menulis buku ini sejak awal tahun 2001, Beliau mulai ‘mendalami’
kedua istilah kata tersebut. Hasil yang Beliau dapatkan yakni ternyata istilah
logis dan rasional itu merupakan dua istilah yang sangat popular (amat sering
digunakan) baik dikalangan pelajar maupun masyarakat umum. Sesuatu yang
rasional ialah sesuatu yang mengikuti atau sesuai dengan hukum alam. Sedangkan
yang tidak rasional ialah yang tidak sesuai dengan hukum alam. Kebenaran akal
diukur dengan hukum alam.
Kemudian untuk logis itu sendiri,
kebenaran logis tebagi menjadi 2 yankni logis-rasional dan
logis-supra-rasional. Logis supra-rasional ialah pemikiran akal yang
kebenarannya hanya mengandalkan argument dan tidak diukur dengan hukum alam.
Bila argumennya masuk akal maka dikatakan benar, sekalipun argument tersebut
melawan hukum alam. Atau lebih singkatnya, ukuran kebenarannya itu ada pada
logika yang ada di dalam susunan argumennya.
Selain mengenai pembahasan di
atas, buku ini terdapat kesimpulan mengenai logis dan rasional baik yang
diungkapkan oleh penulis itu sendiri dan beberapa kesimpulan sebagai implikasi
konsep logis.
·
BAB
2 Pengetahuan Sains
Pada Bab ini, diulas mengenai
Pengetahuan Sains yang dikaji dari segi ontology, epistemologi, dan
aksiologinya. Untuk ontology sainnya itu sendiri membahas mengenai hakikat dan
struktur sains. Kemudian untuk Epistemologinya membahas objek pengetahuan
sains, cara memperoleh pengetahuan sains, dan ukuran kebenaran pengetahuan
sains. Kemudian yang terakhir mengenai aksiologinya yang membahas kegunaan
pengetahuan sains, cara sains menyelesaikan masalah, dan netralitas sains.
Namun di sini saya akan membahas semuanya kecuali mengenai netralisasi sains.
1.
Ontologi
Sains
a.
Hakikat
Pengetahuan Sains
Pada Bab 1 buku ini sebelumnya
telah membahas mengenai pengertian pengetahuan sains dimana di dalamnya ada
pengetahuan rasional empiris. Maka pada pembahasan kali ini yakni mengenai
masalah rasional dan empiris.
Di dalam buku ini pembahasannya
diikut sertakan pula masalah yang ada di masyarakat seperti untuk pembahasan
ini menggunakan permasalahan mengenai perbedaan tingkah laku dari kedua penduduk
kampung yang berbeda, yakni penduduk kampung yang satu memakan telur ayam dan
yang satunya tidak memakannya melaingkan menjualnya padahal posisinya kedua
penduduk kampung tersebut sama-sama memelihara ayam. Hingga mungculah hipotesis
penulis buku mengenai permasalahan tersebut yakni semakin banyak makan telur
akan semakin sehat, atau telur berpengaruh positif terhadap kesehatan.
Perlu diketahui sebelumnya, bahwa hipotesis haruslah berdasarkan rasio atau
harus rasional. Nah, untuk hipotesis yang diajukan penulis buku ini yakni
rasionalnya itu bahwa untuk sehat diperlukan gizi, dan telur mengandung
banyak gizi, oleh karena itu akan logis jika dikatakan bahwa semakin banyak
makan telur maka akan semakin sehat. Namun perlu diingat, hipotesis di atas
hanya dugaan dan belum diuji kebenarannya. Dari penjelasan di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa kata “rasional” di sini menunjukkan adanya hubungan
pengaruh atau hubungan sebab akibat.
Lalu apa itu empiris? Untuk
menjawabnya, perlu diketahui terlebih dahulu bahwa hipotesis yang sebelumnya
diuji kebenarannya mengikuti prosedur metode ilmiah. Rumus baku metode ilmiah
yakni logico-hypothetico-verifikatif (buktikan
bahwa itu logis, tarik hipotesis, ajukan bukti empiris). Logico di sini artinya rasional. Pada dasarnya cara kerja sains
adalah kerja mencari hubungan sebab-akibat, dan asumsi dasarnya ialah tidak ada
kejadian tanpa sebab yang dirumuskan dalam ungkapan post hoc, ergo propter hoc oleh Fred N. Kerlinger (Foundation of Behavior Research, 1873: 378)
yang artinya ‘ini, disebankan oleh ini’.
b. Struktur
Sains
Secara garis besar sains itu
dibagi menjadi 2 yakni sains kealaman dan sains sosial. Berikut struktur sains
yang dijelaskan dalam buku ini:
1)
Sains
Kealaman
·
Astronomi
·
Fisika
·
Kimia
·
Ilmu
Bunyi
·
Ilmu
Hayat
2)
Sains
Sosial
·
Sosiologi
·
Antropologi
·
Psikologi
·
Ekonomi
·
Politik
2. Epistemologi
Sains
a.
Objek
Pengetahuan Sains
Objek pengetahuan sains itu
adalah semua objek yang empiris. Menurut Jujun S. Suriasumantri (Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer,
1994:105) menyatakan bahwa objek kajian sains hanyalah objek yang berada
dalam ruang lingkup pengalaman manusia (pengalaman indera). Objek-objek yang
dapat diteliti oleh sains adalah alam, tumbuhan, hewan dan manusia serta kejadian-kejadian
di sekitar alam, tetumbuhan, hewan dan manusia itu.
b.
Cara
Memperoleh Pengetahuan Sains
Cara memperoleh pengetahuan sains
yakni dengan menggunakan model penelitian dan tentunya mengadakan penelitian.
Hasil penelitian tersebutlah yang melahirkan pengetahuan sains yang sekarang
kita warisi dari orang-orang terdahulu sebelumnya. Model-model penelitian yang
digunakan terdapat metode ilmiah di mana untuk memperoleh pengetahuan yang
benar harus melakukan langkah logico-hypothetico-verificatif
(buktikan kelogisannya, ajukan hipotesis, dan buktikan secara empiris).
Urutan dalam proses terwujudnya
aturan dalam penelitian yakni sebagai berikut:
c.
Ukuran
Kebenaran Pengetahuan Sains
Dalam buku ini dibahas mengenai
ukuran kebenaran Pengetahuan Sains. Untuk mengupas masalah tersebut, kita perlu
juga membahas mengenai ukuran kebenaran teori-teori sains, karena dalam ilmu
sain membahas mengenai teori-teori.
Hipotesis dalam ilmu sains adalah
pernyataan yang sudah benar secara logika, tetapi belum terbukti secara
empiris. Namun bukan berarti belum atau tidak adanya bukti empiris membuktikan
bahwa hipotesis tersebut salah. Hipotesis tetap dikatakan benar apabila logis,
sehingga bisa kita simpulkan bahwa hipotesis (merupakan juga teori) lebih
penting dari pada bukti empirisnya.
3.
Aksiologi
Sains
a.
Kegunaan
Pengetahuan Sains
Pernahkah terlintah dipikiran
kalian, apa sih kegunaan pengetahuan sains itu? Buat apa ada pengetahuan sains?
Seberapa pentingkah pengetahuan sains bagi kehidupan kita?
Secara umum pengetahuan sains itu
berisi teori (ilmiah) dan teori tersebut berupa alasan dan dapat berupa argument
yang logis. Berikut kegunaan pengetahuan sains di antaranya adalah:
·
Sebagai
Alat Eksplanasi
Menurut T. Jacob (Manusia, Ilmu dan Teknologi, 1993: 7-8)
sains merupakan suatu system eksplanasi yang paling dapat diandalkan
dibandingkan dengan system lainnya dalam memahami masa lampau, sekarang, serta
mengubah masa depan.
·
Sebagai
Alat Peramal
Biasanya para ilmuan dapat
meramalkan atau memprediksi untuk di masa yang akan datang dari hasil ‘mengutak-atik’
faktor penyebab yang sebelumnya telah diketahui.
·
Sebagai
Alat Pengontrol
Perlu diketahui, eksplanasi itu
merupakan bahan untuk membuat ramalan dan kontrol. Ilmuan bisa membuat control dari
hasil ramalan sebelumnya. Lalu apa bedanya prediksi dan kontrol? Kontrol itu
bersifat pasif yang biasanya setelah mengetahui penyebab suatu kejadian, kita
akan memprediksi apa yang akan terjadi berikutnya atau dampak yang dihasilkan
dari kejadian tersebut. Sedangkan control lebih bersifat aktif, yakni biasanya
apabila kita telah mengetahui penyebab dan telah mempredisikannya maka kita
akan melakukan tindakan-tindakan yang biasanya untuk mencegah kejadia tersebut
bisa terjadi kembali apabila bersifat negative seperti bencana alam yang
disebabkan manusia contohnya banjir.
b.
Cara
Sain Menyelesaikan Masalah
Biasanya para ilmuan
menyelesaikan masalah dengan cara sains yakni dengan mengidentifikasi masalah
itu terlebih dahulu yang dilakukan dengan penelitian yang hasilnya akan
dianalisa. Kemudian, mereka mencari teori tentang sebab-sebab dari suatu
masalah tersebut. Setelah menemukan teroinya dan mengetahui penyebabnya, mereka
akan membaca kembali literatur atau dengan kata lain mencari teori kembali yang
menjelaskan cara menyelesaikannya masalah tersebut. Setelah itu, mereka akan
mengusulkan tindakan-tindakan yang harus dilakukan kepada semua pihak yang
terkait. Namun perlu diingat, bahwa tidak semua masalah bisa diselesaikan
dengan cara sains. Mengapa? Ada 2 penyebabnya yakni, belum tentu teori tersebut
mampu menyelesaikan masalah yang dihapadi karena pada dasarnya teori pada zaman
dahulu belum tentu efektif untuk digunakan pada masalah yang terjadi di zaman
sekarang. Kemudian yang kedua, belum tentu setiap masalah tersedia teori untuk
menyelesaikannya. Tetapi apabila suatu masalah tidak bisa diselesaikan dengan
cara sains, maka bisa diselesaikan dengan cara filsafat yang mungkin mampu
menyelesaikannya.
·
BAB
3 Pengetahuan Filsafat
1.
Ontologi
Pengetahuan Filsafat
a.
Hakikat
Pengetahuan Filsafat
Definisi dari Poedjawijatna dan
Hasbullah Bakry menjelaskan salah satu hal penting yaitu bahwa filsafat itu merupakan pengetahuan
yang diperoleh dari berpikir.
b.
Struktur
Filsafat
Filsafat terdiri dari 3 cabang
besar yakni:
·
Ontologi,
yang membicarakan hakikat (segala sesuatu).
1)
Logika
2)
Metafisika,
untuk mengetahui adanya hakikat realitas ilahi baik yang material, biologis,
maupun intelektual. Jalan untuk mengetahuinya yakni dengan psokologi (untuk
mengetahui adanya sesuatu dalam diri manusia ‘soul’ yang identik dengan
realitas ilahi.
3)
Kosmologi
4)
Teologi
5)
Antropologi
6)
Etika,
kumpulan petunjuk untuk mengefektifkan usaha transformasi diri yang akan
memungkinkan untuk mengalami dunia dengan cara baru. Isi etika itu sendiri
adalah bentuk-bentuk kerendahhatian, kedermawanan dan ketulusan.
7)
Estetika
8)
Filsafat
Pendidikan
9)
Filsafat
Hukum
10) Dll
·
Epistemologi,
yaitu cara memperoleh pengetahuan itu.
·
Aksiologi,
yaitu kegunaan dari pengetahuan tersebut.
2.
Epistemologi
Pengetahuan Filsafat
a.
Objek
Pengetahuan Filsafat
Sebelum membahas tentang objek
kajiannya, perlu kita ketahui tujuan berfilsafat itu sendiri. Apa sih tujuan
berfilsafat? Tujuannya yakni untuk menemukan kebenaran yang sebenarnya atau
yang terdalam. Lalu objek yang dikaji di dalamnya apa? Objek penelitian filsafat
lebih banyak dari pada objek yang dikaji oleh pengetahuan sains. Filsafat meneliti
objek yang ada tetapi abstrak, adapun yang mungkin ada sudah jelas abstrak, itupun jika ada.
b.
Cara
Memperoleh Pengetahuan Filsafat
Berfilsafat artinya berfikir yang
menggunakan akal. Lalu bagaimana cara manusia mendapatkan pengetahuan filsafat?
Ya tentunya dengan cara berpikir secara mendalam, tentang sesuatu yang abstrak
atau sesuatu yang konkret namun yang hendak dicari bersifat abstrak.
c.
Ukuran
Kebenaran Pengetahuan Filsafat
Ukuran kebenarannya yakni logis
tidaknya pengetahuan itu. Apa bila logis maka dikatakan benar, namun sebaliknya
apabila tidak logis maka salah. Kebenaran teori filsafat ditentukan oleh logis
tidaknya teori tersebut yang akan terlihat pada argument yang menghasilkan
kesimpulan dari teori tersebut.
3.
Aksiologi
Pengetahuan Filsafat
a.
Kegunaan
Pengetahuan Filsafat
Salah satu diantaranya yakni
filsafat sebagai methodology yang sangat penting untuk diketahui karena bisa
berupa cara memecahkan masalah yang sedang dihadapi.
b.
Cara
Filsafat Menyelesaikan Masalah
Sesuai dengan sifatnya, filsafat
menyelesaikan masalah secara mendalam dan universal yang artinya mencari asal
masalah dan dilihat dalam hubungan seluas-luasnya agar kelak dapat diselesaikan
secara cepat dan berakibat seluas mungkin.
c.
Cara
Orang Umum Menilai
Pada umumnya, ada 3 cara orang
menilai suatu pendapat atau pernyataan yakni:
·
Berdasarkan
ketidaktahuannya yang dijadikan alat ukur.
·
Menggunakan
pendapatnya sebagai ukuran.
·
Menggunakan
pendapat umumnya pakar sebagai alat ukur.
·
BAB
4 Pengetahuan Mistik
1.
Ontologi
Pengetahuan Mistik
a.
Hakikat
Pengetahuan Mistik
Mistik dalam pengertian umum
adalah suatu pengetahuan yang tidak rasional. Pengetahuan mistik adalah
pengetahuan yang tidak dapat dipahami rasio, maksudnya, hubungan sebab-akibat
yang terjadi tidak dapat dipahami. Pengetahuan ini merupakan pengetahuan
supra-rasional namun terkadang diketahui bukti empirisnya. Dalam Islam, yang
termasuk pengetahuan mistik yakni pengetahuan yang diperoleh melalui jalan tasawuf . Pengetahuan yang diperoleh
misalnya seperti pada istilah ma’rifah,
al-ittihad, atau hulul.
b.
Struktur
Pengetahuan Mistik
JIka dilihat dari segi sifatnya,
kita dapat membaginya ke dalam 2 bentuk yakni mistik biasa (dalam Islam
contohnya tasawuf) dan mistik magis
yang mengandung kekuatan tertentu dengan tujuan tertentu. Mistik magis dapat
dibagi 2 kembali yakni mistik-magis-putih (dalam Islam contohnya mukjizat,
karamah, ilmu hikmah) dan mistik-magis-hitam (santet, dan sejenisnya yang
mengarah ke sihir).
2.
Epistemologi
Pengetahuan Mistik
a.
Objek
Pengetahuan Mistik
Objek kajiannya yakni objek yang
abstrak-supra^rasional, seperti alam gaib termasuk Tuhan, malaikat, surga,
neraka, jin, dll. Adapun objek-objek lainnya yang tidak dapat dipahami oleh
rasio (supra-rasional) seperti kebal, debus, pellet, penggunaan jin, santet,
dll.
b.
Cara
Memperoleh Pengetahuan Mistik
Ilmu mistik diperoleh melalui
rasa. Pada umumnya, cara memperolehnya adalah latihan yang disebut riyadhah yang kemudian memperoleh
pencerahan, memperoleh pengetahuan yang dalam tasawuf (marifah). Umunya latihan yang dimaksud adalah latihan batin.
c.
Ukuran
Kebenaran Pengetahuan Mistik
Kebenarannya diukur dengan
berbagai ukuran. Bila pengetahuan itu berasal dari Tuhan maka ukuran
kebenarannya ialah teks Tuhan yang menyatakan demikian.
3.
Aksiologi
Pengetahuan Mistik
a.
Kegunaan
Pengetahuan Mistik
Kegunaan dari pengetahuan ini
mencakup hal yang sangat luas dan bersifat subyektif, yang lebih tahu
kegunaannya hanya pemiliknya. Jika pengetahuan yang lain seperti kekebalan, pellet,
debus, dll diperuntukan sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu terlepas
dari benar atau tidaknya penggunaan pengetahuan tersebut. Misalnya untu
kekebalan (debus), dugunakan untuk pertahanan diri dan juga untuk pertunjukan
hiburan.
b.
Cara
Pengetahuan Mistik Menyelesaikan Masalah
Pengetahuan mistik tidak
menyelesaikan masalah dengan proses inderawi ataupun proses rasio.
4.
Beberapa
Contoh Pengetahuan Mistik
·
Mukasyafah
·
Ilmu
Laduni
·
Saefi
·
Jangjawokan
·
Sihir
·
Ilmu
Kebal
·
Santet
·
Pelet
·
Debus
·
Tentang
Jin
·
Nyambat
·
Ilmu
Keanugrahan
Nah,
kurang lebih seperti itulah isi buku yang ditulis oleh Prof. Dr. Ahmad Tafsir.
Bagaimana? Tertarik untuk membaca bukunya secara lebih lengkap? Oh iya, saya
akan membahas mengenai profil Beliau secara ringkas. Beliau ini mengajar di
Fakultas Tarbiyah IAIN Bandung (1970) hingga sekarang dan mempelopori
berdirinya Asosiasi Sarjana Pendidikan Islam (ASPI). Kemudian Beliau diangkat
menjadi Guru Besar di Fakultas Tarbiyah IAIN Bandung (1997). Karya tulisannya
tersebar pada berbagai media dan pada umunya berisi tentang Pendidikan
Filsafat.
Baiklah,
cukup sekian review buku kali ini. Semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan di hati para pembaca.
Terima kasih dan sampai jumpa di tulisan-tulisan berikutnya.
Sumber : Tafsir, Ahmad. 2016. Filsafat Ilmu: Mengurai Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Pengetahuan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sumber : Tafsir, Ahmad. 2016. Filsafat Ilmu: Mengurai Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Pengetahuan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan bijak dan berbudi bahasa yang baiklah. Mari saling menghargai atar sesama! ^^